MAKALAH
PERUBAHAN
SOSIAL DAN BUDAYA DALAM PENDIDIKAN
Untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen pengampu :
Dr. Encep Supriatna, M.pd.

Disusun Oleh
Kelompok 4
Risma
Aprianda 1601883
Mulyati 1602060
Ningrat
wulansari 1602236
Aulia
Syahdah 1602390
PENDIDIKAN
GURU ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS
SERANG
2O18
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa mengalami proses sosial.
Proses sosial cenderung menuju ke arah hal-hal yang lebih baik (progresif). Meskipun seringkali terjadi
perubahan-perubahan yang justru membuat menjadi lemah (regresif). Sebagai suatu masyarakat yang sedang berkembang, masyarakat
indonesia perlu untuk berbenah diri melakukan proses sosial dalam bentuk
perubahan yang benar-benar dipersiapkan dan didukung oleh kalangan luas
masyarakat. Dengan demikian akan menghasilkan suatu perubahan yang progresif.
Perubahan
sosial adalah perubahan situasi dalam masyarakat, baik perubahan progresif
maupun regresif sebagai akibat adanya ketidaksesuaian diantara unsur-unsur
sosial yang ada sehingga membentuk suatu pola kehidupan dan aktivitas yang
baru. Pada masyarakat tradisional, perubahan-perubahan sosial terjadi
semata-mata didasarkan pada unsur-unsur alam. Tetapi pada masyarakat modern,
perubahan mutlak ditentukan oleh tangan dan pikiran manusia dalam bentuk suatu
perencanaan pembangunan yang matang. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam perubahan sosial budaya yang berfungsi sebagai alat kemajuan
suatu bangsa, atau mundurnya suatu bangsa.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan sistem pendidikan dan pendidikan ?
2.
Apakah
yang dimaksud dengan perubahan sosial budaya?
3.
Bagaimana
pengaruh perubahan sosial budaya terhadap pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui tentang pengertian sistem pendidikan dan pendidikan.
2.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan perubahan sosial budaya.
3.
Untuk
mengetahui pengaruh perubahan sosial budaya terhadap pendidikan.
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini dibuat untuk mengkritisi perubahan-perubahan
sosial budaya dan dampaknya bagi dunia pendidikan, sehingga dapat menambah
wawasan bagi pembacanya.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Sistem Pendidikan dan Pendidikan
Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu sistema yang
berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa inggris sistem berarti “sistem, susunan,
jaringan, cara”. Sistem juga diartikan “suatu strategi, cara berpikir atau
model berpikir”. Definisi tradisional menyatakan bahwa sistem adalah
seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan. Misalnya mobil adalah suatu sistem, yang meliputi komponen-komponen
seperti roda, rem, kemodi, mesin, dan sebagainya. Dalam artian yang luas, mobil
sebenarnya adalah suatu subsistem atau komponen dalam sistem transportasi,
disamping alat-alat transportasi lainnya, seperti sepeda, motor, pesawat
terbang dan sebagainya. Definisi modern juga tidak jauh berbeda dengan definisi
tradisional seperti apa yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain :
1. Immegart mendifinisikan sistem adalah suatu
keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis,
bagian-bagian itu terelasi antara satu dengan yang lain, seperti peduli
terhadap kontek lingkungannya.
2. Roger A Kanfman mendifinisikan sistem dengan suatu
totalitas yang tersusun dari bagian-bagian yang bekerja secara sendiri-sendiri
atau bekerja bersama-sama untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan
berdasarkan kebutuhan.
3. Zahara Idris mengemukakan bahwa sistem adalah suatu
kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau element-element, atau
unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang
teratur untuk mencapai suatu hasil.
Jadi dapat disimpulkan sistem pendidikan adalah
seperangkat komponen atau subsistem dalam sistem pendidikan yang didalamnya
terdapat tujuan pendidikan secara nasional dan kelembagaan, kurikulum pendidikan,
kegiatan belajar mengajar, guru, siswa, orang tua, masyarakat, bahan ajar dan
lain-lain.
Sedangkan
kata pendidikan itu berasal dari kata “pedagogi”
, kata tersebut berasal dari Yunani Kuno “paedos”, yang berarti anak laki-laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing.
Dalam
bahasa Inggris istilah pendidikan menggunakan perkataan “education”, biasanya istilah tersebut dihubungkan dengan
pendidikan disekolah, dengan alasan, bahwa disekolah tempatnya anak dididik,
dibimbing oleh para ahli yang khusus mengalami pendidikan dan latihan sebagai
profesi. Kata educaton berhubungan
dengan kata latin “educere”, yang
berarti “mengeluarkan sesuatu kemampuan” (e
= keluar, ducere = memimpin), jadi
berarti membimbing untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan dalam diri
anak.
Pendidikan
dapat diartikan sebagai sosialisasi, seperti bayi yang harus menyesuaikan diri
dengan saat-saat minum asi, kemudian anak menyesuaikan diri dengan
program-program belajar di sekolah, menyesuaikan diri dengan norma dan nilai-nilai
dalam masyarakat dan sebagainya.
Pada
mulanya dimana pendidikan diartikan sebagai proses mendewasakan anak (teori
Langeveld, dalam buku Encep Supriatna), maka pendidikan hanya dapat dilakukan
oleh orang yang lebih dewasa kepada anak yang belum dewasa. Konsep ini juga
telah mempengaruhi banyak kalangan. Khususnya pada suku bangsa jawa, dengan
pepatahnya yang terkenal , yaitu “Ora ana
kebo nyusu gudel” atau tidak pernah ada kerbau menyusu pada anak kerbau.
Artinya orang tua tidak mungkin berguru kepada anak, sehingga pendidikan hanya
dapat diberikan oleh orang yang dewasa kepada anak yang belum dewasa. Lebih
lanjut Romo Drijarkoro S.J. mengatakan bahwa “pendidikan adalah proses
memanusiakan manusia muda” konsep ini sudah agak maju, namun tampak masih
dipengaruhi oleh Langveld sehubungan dengan kata “Muda” dibagian akhir
konsepmya, seolah-olah yang tidak muda lagi tidak perlu dididik lagi.
Definisi pendidikan menurut beberapa ahli dan beberapa
sumber antara lain:
1. Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah
berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab
orang tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan.
2. Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses
pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak
manusia lahir.
3. Dalam GBHN 1937 dikemukakan pengertian pendidikan,
bahwa: “ pendidikan pada hakikatnya
merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan
berlangsung seumur hidup”.
4. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepibadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
5. Dalam Undang-Undang RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Bab 1 pasal 1 ayat (2) disebutkan: “Pendidikan Nasional
adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945” pernyataan ini mengandung arti bahwa
semua aspek yang terdapat dalam sistem pendidikan nasional akan mencerminkan
sikap yang dijiwai oleh pancasila dan UUD 1945 dan berakar pada budaya bangsa
Indonesia. Tujuan pendidikan nasional yang dimaksud disini adalah tujuan akhir
yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan, baik formal, non formal,
maupun informal yang berada dalam masyarakat dan negara Indonesia. Sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menjamin
kelangsungan dan perkembangan masyarakat. Penting bagi masa depan, yang berarti
pula bahwa anak adalah momentum masa depan. Ki hajar Dewantoro merumuskan
pendidikan sebagai berikut.
“ Pendidikan merupakan salah satu untuk memberikan sosial
budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat kepada generasi muda (baru) tidak
hanya pemeliharaannya akan tetapi juga memajukan dan mengembangkannya
nilai-nilai tersebut ke arah keluhuran hidup kemanusiaan”
Di dalam rumusan di atas tersirat :
- Pendidikan berkendak membangun manusia berkualitas sebagai calon penghuni masa depan.
- Nilai-nilai yang diperkenalkan oleh pesan-pesan pendidikan, memiliki validitas untuk memajukan dan mengembangkan keluhuran hidup kemanusiaan. Tanpa pesan-pesan pendidikan, maka kesempatan anak untuk meraih masa depan yang maju akan tertutup.
Pendidikan memiliki 3 jenis yaitu :
- Pendidikan Informal
Di dalam keluarga anak berinteraksi dengan orang tua
(atau pengganti orang tua) dan segenap anggota keluarga lainnya. Ia memperoleh
pendidikan informal berupa pembentukan kebiasaan-kebiasaan, seperti cara makan,
tidur, bangun dan lain sebagainya. Pendidikan informal dalam keluarga akan
banyak membantu dalam meletakan dasar pembentukan kepribadian anak. Misalnya
sikap religius, disiplin, lembut, dan sebagainya.
Anak-anak mengalami pendidikan informal dalam keluarga
dengan pembentukan-pembentukan kebiasaan sesuai nilai-nilai yang dianut oleh
orang tua mereka yang diperkuat oleh falsafah lingkungan atau nasional.
Pendidikan informal yang baik akan sangat menunjang pendidikan formalnya.
- Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Di sekolah anak berinteraksi dengan guru-guru
beserta bahan-bahan pendidikan lainnya, serta pegawai-pegawai tata usaha.
Peserta didik memperoleh pendidikan formal di sekolah berupa pembentukan
nilai-nilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap bidang studi atau
mata pelajaran. Akibat bersosialisasi dengan pendidikan formal, terbentuklah
kepribadian untuk tekun dan rajin belajar disertai keinginan untuk meraih
cita-cita akademis yang setinggi-tingginya dan mungkin akan sebaliknya jika
peserta didik bersosialisasi dengan teman yang kurang baik.
- Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan sangat
berhubungan erat dengan masyarakat. Masyarakat sendiri berfungsi sebagai
penerus budaya dari generasi ke generasi selanjutnya secara dinamis sesuai
situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan interaksi
sosial. Dalam pendidikan non formal kepribadian seseorang dapat tumbuh dan
berkembang sesuai situasi dan kondisi yang dilandasi sikap yang selektif
berdasarkan rasio, idealisme dan falsafah hidup.
B. Perubahan Sosial dan Budaya
1. Pengertian Perubahan Sosial
Setiap
masyarakat senantiasa mengalami proses sosial. Proses sosial cenderung menuju
ke arah hal-hal yang lebih baik (progresif).
Meskipun seringkali terjadi perubahan-perubahan yang justru membuat menjadi
lemah (regresif). Sebagai suatu
masyarakat yang sedang berkembang, masyarakat Indonesia perlu untuk berbenah
diri melakukan proses sosial dalam bentuk perubahan yang benar-benar
dipersiapkan dan didukung oleh kalangan luas masyarakat. Dengan demikian akan
menghasilkan suatu perubahan yang progresif.
Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbul
pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan
perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan dan seterusnya
menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik. Kinglsley
Davis (Maftuhin dkk, 2016 : 57).
Selain
pengertian perubahan sosial tersebut, terdapat beberapa pendapat ahli tentang
pengertian dan cakupan perubahan sosial, yakni sebagai berikut.
- Maclver : Perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
- Gillin dan Gillin : Perubahan-perubahan sosial sebagai salah sau variasi dan cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materi, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
- Selo Soemardjan : perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada devinisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, yang kemudian mempengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya. (Maftuhin dkk, 2016 : 57).
- Emile Durkhem : Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dan kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, kedalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik.
- William F. Ogburn : Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
- Kingsley Davis : Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
- Raja : Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga masyarakat di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi suatu sistem sosial.
Dengan demikian, perubahan sosial akan terjadi seiring
dengan dinamika masyarakat dan merupakan hal penting dalam memenuhi kebutuhan
dan tuntutan kehidupan masyarakat. Perubahan sosial juga sering kali
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar, seperti faham, pandangan hidup, dan
cara hidup masyarakat, yang secara umum dan perlahan mulai diterima oleh
kelompok atau masyarakat lain sebagai suatu kelaziman.
2. Teori Perubahan Sosial
Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi, dan sosiologi telah
mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan sosial.
Samuel Koening berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan
sosial merupakan gejala wajar yang timbul di pergaulan hidup manusia. F. Ogburn
berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam
unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan.
Pitirim A. Sorokin (Maftuhin dkk, 2016 : 58) berpendapat
bahwa segenap usaha untuk mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang tertentu
dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Dia
meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut.
Akan tetapi, perubahan-perubahan tetap ada dan yang paling penting adalah
lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari karena dengan jalan
tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi.
Berkaitan dengan teori perubahan sosial ini, Toynbee
(Maftuhin dkk, 2016 : 58) mengemukakan sejumlah masalah mendasar yang dihadapi
dan harus diselesaikan.
Pertama, masalah perang yang telah menjadi penyebab utama
perpecahan dan kehancuran peradaban di masa lalu. Dengan ditemukan bom nuklir,
pengendalian perang menjadi semakin mendesak.
Kedua, masalah pertentangan kelas. Indistrialisasi
menyebabkan bagian terbesar barang kebutuhan material tidak lagi dimonopoli
oleh segelintir orang yang mempunyai hak istimewa. Rakyat takkan senang,
kecuali kalau mereka sudah bebas dari kemiskinan.
Masalah mendesk ketiga adalah pertambahan penduduk. Jika
masalah ini terselesaikan, kita akan segera berhadapan dengan masalah
kesejahteraan.
3. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
a. Perubahan
Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan
rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dinamakan
evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau
kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan
kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Rentetan perubahan-perubahan tersebut tidak perlu sejalan dengan rentetan
peristiwa-peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. Contoh,
perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu. Paul
Bohannan (Maftuhin dkk, 2016 : 57).
Ada bermacam-macam teori tentang evolusi, yang pada
umumnya dapat digolongkan ke dalam beberapa teori sebagai berikut.
1)
Unilinear theories of evolution
Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manusia dan
masyarakat (termasuk kebudayaan) mengalami perkembangan sesuai dengan
tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana, kemudian bentuk yang
kompleks sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor-pelopor teori tersebut antara
lain August Comte, Herbert Spencer, dan lain-lain.
2)
Universal theory of evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat
tidaklah perlu melalui tahap-tahap
tertentu yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan manusia telah
mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu. Prinsip-prinsip teori ini
diuraikan oleh Herbert Spencer yang antara lain mengatakan bahwa masyarakat
merupakan hasil perkembangan dari sekelompok homogen ke kelompok yang
heterogen, baik sifat maupun susunannya.
3)
Multilined theories of evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian
terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat, misalnya,
mengadakan penelitian perihal pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem
berburu ke sistem pertanian, terhadap sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang
bersangkutan dan seterusnya. Alex Inkeles (Maftuhin dkk, 2016 : 59).
Sementara itu, perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan
yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok
kehidupan masyarakat (yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan) lazimnya dinamakan
“Revolusi”.
Secara sosiologis, agar suatu revolusi dapat terjadi,
harus dipenuhi syarat-syarat tertentu (Maftuhin dkk, 2016 : 60), antara lain
sebagai berikut.
1) Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu
perubahan. Di dalam masyarakat, harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan
dan suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
2) Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang
dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.
3) Adanya pemimpin dapat menampung keinginan-keinginan
masyarakat untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas tadi
menjadi program dan arah gerakan.
4) Pemimpin tersebut harus dapat menunjukan suatu tujuan
pada masyarakat. Artinya tujuan tersebut terutama bersifat konkret dan dapat
dilihat oleh masyarakat. Disamping itu, diperlukan juga suatu tujuan yang
abstrak, misalnya, perumusan sesuatu ideologi tertentu.
5) Harus ada “momentum”, yaitu saat di mana segala
keadaan dan faktor sudah tepat dan baik untuk memenuhi suatu gerakan. Apabila
“momentum” keliru, revolusi dapat gagal.
b. Perubahan
Kecil dan Perubahan Besar
Agak sulit untuk untuk merumuskan masing-masing
pengertian tersebut di atas karena batas-batas pembedanya sangat relatif.
Sebagai pegangan dapatlah dikatakan bahwa perubahan-perubahan kecil merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak
membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Wilbert E. Moore
(Maftuhin dkk, 2016 : 60).
Perubahan mode pakaian, misalnya tak akan membawa
pengaruh apa-apa bagi masyarakat secara keseluruhan karena tidak mengakibatkan
petubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebaliknya, suatu
proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris, misalnya
merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada masyarakat. Sebagai
lembaga kemasyarakatan akan ikut terpengaruh misalnya hubungan kerja, sistem
milik tanah, hubungan kekeluargaan, stratifikasi masyarakat, dan seterusnya.
(Maftuhin dkk, 2016 : 60).
c. Perubahan yang Dikehendaki (Intented-Change) atau Perubahan yang
Direncanakan (Planed-Change) dan
Perubahan yang Tidak Dikehendaki
(Unintended-Change) atau Perubahan yang Tidak Diperencanakan (Unplanned-Change)
1) Perubahan yang Dikendaki (Intented-Change) atau Perubahan yang
Direncanakan (Planed-Change)
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan
perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh
pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. (Maftuhin
dkk, 2016 : 61). Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu
atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Agent of change memimpin masyarakat
dalam mengubah sistem sosial. Dalam melaksanakannya, agent of change langsung tersangkut dalam tekanan-tekanan untuk
mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan pula peubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang dikehendaki atau
yang direncanakan selalu berada di bawah pengendalian serta pengawasan agent of change tersebut. Ibid (Maftuhi
dkk, 2016 : 61).
2) Perubahan yang Tidak Dikehendaki (Unintended-Change) atau Perubahan yang
Tidak Diperencanakan (Unplanned-Change)
Perubahan
sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar
jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat
sosial yang tidak diharapkan masyarakat. Apabila perubahan yang tidak di kehendaki
tersebut berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang dikehendaki,
perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya terhadap
perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian, keadaan tersebut tidak
mungkin diubah tanpa mendapat halangan-halangan masyarakat itu sendiri. Atau
dengan kata lain, perubahan yang dikehendaki diterima oleh masyarakat dengan
cara mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
ada atau dengan cara membentuk yang baru. Seringkali terjadi perubahan yang
dikehendaki bekerja sama dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua
proses tersebut saling memengaruhi. (Maftuhin dkk, 2016 : 61)
Budaya
sendiri adalah segala daya dari pemikiran atau akal yakni cipta rasa dan karsa.
Kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia. Budaya menurut
beberapa ahli adalah :
1. E.R Taylor
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni moral, hukum, adat istiadat dan
kecakapan-kecakapan serta kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh atau
dihasilkan manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah suatu keseluruhan hasil kelakuan
manusia yang teratur dari tata kelakuan yang harus diperoleh dengan belajar dan
yang tersusun dalam kehidupan masyarakat.
3. Selo Semardjan
dan Soelaiman Soemardi
Kebudayaan ialah suatu hasil karya cipta, rasa, dan karya
masyarakat.
Adapun
secara terperinci proses perubahan sosial dalam masyarakat melalui kontak dan
komunikasi dengan budaya lain itu adalah sebagai berikut:
1. Tahap
Interaksi Budaya
Melalui
kontak dan komunikasi dengan masyarakat lain, baik yang dilakukan secara
individual maupun kolektif, telah memungkinkan adanya keinginan untuk meniru
kemudian mengambil dan mengadopsi ke dalam struktur budaya sendiri. Tahap awal
yang ditandai dengan bentuk-bentuk interaksi yang efektif antara budaya yang
satu dan struktur budaya yang lain adalah tahap interaksi budaya.
Tahap
interaksi budaya ini akan menjadi efektif apabila dilakukan oleh refernce group dalam suatu masyarakat.
Artinya bahwa reference group ini
merupakan pemimpin atau kelompok yang menjadi panutan dalam masyarakat. Sebagai
contoh, rombongan kepala negara yang berkunjung ke beberapa negara tetangga
akan membuat kontak intensif dan proses yang cepat untuk mengadopsi segala
macam yang dianggap baik dan ada pada negara-negara tersebut. Misalnya masalah
hukum, pendidikan, benih-benih tanaman unggul, produk-produk industri, dan
lain-lain. Tetapi apabila kontak dan komunikasi dilakukan oleh membership group, yaitu
kelompok-kelompok dalam masyarakat yang hanya berkedudukan sebagai anggota,
akan membuat proses percampuran unsur kebudayaan berlangsung kurang efektif.
2. Tahap
Identifikasi Kebudayaan
Pada
dasarnya, tahap identifikasi kebudayaan merupakan tahap yang kedua setelah
tahap kontak dan komunikasi berlangsung diantara dua unsur masyarakat yang
memiliki struktur budaya berbeda. Tahap identifikasi ini berlangsung dengan
ditandai adanya proses seleksi terhadap unsur-unsur yang perlu dan memberikan
manfaat sehingga dapat melengkapi dan menambah unsur-unsur kebudayaan sendiri.
Proses identifikasi ini sangat ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a) Adanya
kesesuaian tingkat peradaban antara masyarakat yang mengadopsi dan masyarakat
yang diadopsi. Biasanya masyarakat yang diadopsi cenderung memiliki tingkat
peradaban yang lebih tinggi dari pada masyarakat yang mengadopsi.
b) Adanya
kessesuaian tata nilai antara masyarakat yang mengadopsi dan masyarakat yang
diadopsi.
c) Adanya jalinan yang efektif dan akrab antara struktur
masyarakat yang mengadopsi dan struktur masyarakat yang diadopsi.
3. Tahap
Implementasi Budaya
Pada
dasarnya, tahap akhir dari proses perubahan sosial melalui kontak dan
komunikasi dengan kebudayaan lain adalah tahap impelementasi budaya. Dalam
pelaksanaanya, tahap implementasi budaya ditandai dengan penerapan unsur-unsur
budaya masyarakat lain dalam struktur budaya sendiri. Untuk mengefektifkan
proses implementasi ini diperlukan lembaga-lembaga sosial sebagai saluran yang
efektif. Proses kelembagaan dilakukan mulai dari struktur sosial yang tertinggi
hingga struktur sosial terendah. Prosesnya berlangsung secara infiltrasi ke
dalam unsur-unsur kebudayaan masyarakat yang terkenal dengan nama institusionalized.
Perubahan
sosial budaya sendiri adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial, dan pola
budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum
yang terjadi sepanjang masa setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai
dengan hakikat, dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
4. Penyebab Perubahan Sosial dan
Kebudayaan
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan
kebudayaa dapat ditinjau dari berbagai hal yang saling berhubungan dan
berkaitan antara satu dengan yang lain. Sebab-sebab yang bersumber dalam
masyarakat itu sendiri (Maftuhin dkk, 2016 : 61), antara lain sebagai berikut.
a. Bertambah
dan Berkurangnya Penduduk
Pertambahan
penduduk yang sangat cepat di pulau jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga kemasyrakatannya. Misal, orang
lantas mengenal hak individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil
dan selanjutnya, yang sebelumnya tidak dikenal.
b. Penemuan-penemuan
Baru
Penemuan-penemuan
baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam
pengertian-pengertian discovery dan invention. Discovery adalah penemuan
unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yag
diciptakan oleh seorang individu atau seangkaian ciptaan para individu. Discovery baru menjadi invention kalau masyarakat sudah
mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru itu.
c. Pertentangan
(Conflict) Masyarakat
Pertentangan
(conflict) masyarakat mungkin pula
terjadi sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan.
Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu dengan kelompok atau
perantara kelompok dengan kelompok.
d. Terjadinya
Pemberontakan atau Revolusi
Suatu
perubahan sosialdan kebudayaan dapat bersumber pada sebab-sebab yang berasal
dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut.
1) Sebab-sebab yang Berasal dari
Lingkungan Alam Fisik yang Ada di Sekitar Manusia
Terjadinya gempa bumi, topan, banjir
besar, dan lain-lain mungkin menyebabkan masyarakat yang mendiami daerah-daerah
tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Apabila masyarakat
tersebut mendiami tempat tinggalnya yang baru, mereka harus menyesuaikan diri
dengan keadaan alam yang baru tersebut. Kemungkinan hal tersebut mengakibatkan
terjadinya perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Sebab
yang bersumber pada lingkungan alam fisik kadang-kadang ditimbulkan oleh
tindakan para warga masyarakat itu sendiri. Misalkan penggunaan tanah secara
sembrono tanpa memperhitungkan kelestarian humas tanah, penebangan hutan tanpa
memikirkan penanaman kembali, dan lain sebagainya.
2) Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat
pula menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan karena biasanya negara-negara
yang menang akan memaksakan kebudayaannya pada negara yang kalah. Contohnya
adalah negara-negara yang kalah dalam Perang Dunia Kedua banyak sekali
mengalami perubahan dalam lembaga kemasyarakatan. Negara-negara yang kalah
dalam Perang Dunia Kedua seperti Jerman dan Jepang mengalami
perubahan-perubahan besar dalam masyarakat.
3) Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Latin
Apabila sebab-sebab perubahan
bersumber pada masyarakat lain, itu mungkin terjadi karena kebudayaan dari
masyarakat lain melancarkan pengaruhnya. Hubungan yang dilakukan secara fisik
antara dua masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal
balik. Artinya, masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya,
tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu.
C. Pengaruh
Sosial dan Budaya terhadap Pendidikan
Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada
pendidikan begitu pun dengan aspek budaya dalam pendidikan. Malah dapat
dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang
dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu
pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya.
Berikut akan dibahas mengenai sosial dan buadaya pada pendidikan, sebagai
berikut :
1. Sosiologi dan Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam keloompok-kelompok dan struktur sosialnya. Dalam sosiologi,
perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa
perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan diatur oleh
nilai-nilai yang ada di masyarakat. Secara garis besar ada empat sumber nilai,
yaitu norma-norma, agama, peraturan dan perundangan-undangan, dan pengetahuan.
Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak
di sekolah. Wuradji mengatakan (1) sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk
memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di
masyarakat dan (2) sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi
nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta
teknologi baru.
Untuk
mewujudkan cita-cita pendidikan sangan membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep
atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana
seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup
yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman.
Pendidikan
adalah suatu bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus berubah
(berkembang) dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan
untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Dan sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi
pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk didalamnya
adalah pendidikan, karena pendidikan ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan
formal,informal, maupun non formal, dan perubahan sosial yang terjadi dalam
suatu masyarakat sangat berpengaruh terhadap pendidikan, dan tidak terkecuali
pendidikan.
2. Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan
menurut taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup penegtahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran
Manan,1989)
Hasan
(1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisikan : (1) norma-norma, (2) folkways
yang mencakup kebiasaan, adat, dan tradisi, dan (3) mores. Sementara itu Imran
Manan (1989) menunjukan kima komponen kenudayaan sebagai berikut : (1) gagasan,
(2) ideologi, (3) Norma, (4) Teknologi, , dan (5) Benda.
Kebudayaan
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu : (1) Kebudayaan umum, misalnya
kebudayaan Indonesia, (2) Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali,
Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya dan (3) Kebudayaan popular, yaitu
suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek dari pada kedua
macam kebudayaan terdahulu.
Fungsi
kebudayaan dalam kehidupn manusia adalah : (a) Penerus keturunan dan pengasuh
anak, (b) Pengembangan kehidupan berekonomi, (c) Transmisi budaya, (d)
Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha esa, (e) Pengendalian
sosial, (f) Rekreasi.
Upaya
bangsa Indonesia untuk memberantas kebodohan dengan mewajibkan pendidikan dasar
sembilan tahun adalah satu upaya untuk mempersiapkan masyarakat dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Seiring dengan berubahnya
kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang mampu membekali diri mereka dengan
pengetahuan dan keterampilan yang nantinya dapat digunakan atau dipraktikan
dalam kehidupan nyata, maka perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan
orientasi pendidikan juga akan terjadi.
Jika
kita melihat perubahan sosial sebagai dampak dari berkembangnya teknologi
adalah dengan sangat mudahnya mengakses internet bagi masyarakat yang tidak
agamis dapat digunakan untuk hal-hal yang negatif, kita juga bisa menyaksikan
banyaknya kecurangan-kecurangan, ketidak jujuran, dan banyak perbuatan negatif
yang bertentangan dengan norma agama Islam sebagai dampak dari perubahan
sosial, karenya sangat diperlukan sistem pendidikan yang dapat mempersiapkan
manusia (masyarakat) untuk tidak melakukan perbuatan tersebut.
Dampak
lain terjadinya perubahan sosial terhadap pendidikan adalah dengan terus
dikembangkannya kurikulum yang mampu menjawab tantangan perubahan, juga
berdampak pada perubahan sistem manajemen pendidikan yang berorientasi pada
mutu (quality oriented), yaitu
tuntutan akan peningkatan kualitas pembelajaran yang berkelanjutan menuju
kepada pembelajaran unggul sehingga menghasilkan output yang berkualitas.
Perubahan
sosial yang terjadi pada suatu masyarakat sangat berpengaruh pada pendidikan
pada khususnya, namun tidak semua perubahan sosial yang terjadi berdampak
positif, tetapi ada juga perubahan sosial yang menghasilkan akibat buruk bagi
dunia pendidikan, berikut sisi positif dan negatif dari suatu perubahan sosial
terhadap pendidikan :
1. Dampak
positif
Sisi
positif dari sebuah perubahan sosial bagi pendidikan adalah dapat meningkatnya
taraf pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia
yang siap menghadapi perubahan sosial tersebut dengan mengacu pada
ajaran-ajaran islam.
2. Dampak
Negatif
Sedangkan dari sisi negatif dari suatu perubahan sosial
terhadap pendidikan adalah ketidaksiapan pendidikan menerima perubahan yang
begitu drastis, artinya lembaga pendidikan harus lebih siap dalam menghadapi
perubahan sosial yang semakin berkembang dan terus-menerus berubah.
Apalagi dengan berkembangnya teknologi yang begitu pesat
yang membuat banyak pengaruh budaya dari luar yang merasuk pada kehidupan dan
cara hidup. Siaran televisi dan akses internet yang sudah bisa dilakukan dimana
saja, menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan untuk
mengantisipasinya, jika kita tidak siap terhadap perubahan tersebut maka siapa
pun akan tergususr, tetapi tidak jika pegiat pendidikan senantiasa berinovasi
dan berkreasi dalam mengantisipasi perubahan tersebut, dengan menggunakan
fasilitas teknologi tersebut.
Pengaruh perubahan sosial yang lainnya terhadap
pendidikan adalah terjadinya transformasi pemikiran dalam pendidikan, seiring
dengan perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, pendidikan
juga mengalami perubahan. Hal yang lebih konkrit dari pengaruh perubahan sosial
terhadap pendidikan adalah ketika perubahan sosial membawa kepada perbaikan
ekonomi masyarakat dan menuntut mereka untuk memenuhi kebutuhan akan hasil
teknologi seperti komputer/laptop, maka ketika seorang anak yang mendapat tugas
yang mendapat tugas dari gurunya untuk membuat karya tulis sederhana yang
bahannya tersedia lewat internet maka secara langsung dan jelas dampak dan
pengaruh adanya perubahan sosial.
Dengan melihat perkembangan lembaga pendidikan yang
berorientasi pada IPTK sebagai hasil dari berubahnya masyarakat banyak visi
sekolah yang mengedepankan orientasi IPTK, karena di sisi lain masyarakat
menuntut lembaga pendidikan yang mengikuti perkembangan dan mampu mempersiapkan
anak mereka untuk menghadapi masa depan. Jelaslah bahwa perubahan sosial yang
terjadi sangat berdampak pada pendidikan.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan sangat memiliki peran penting dalam perubahan
sosial budaya, karena dengan adanya pendidikan tarap hidup seseorang atau
banyak orang akan meningkat dan pembangunan dalam suatu bnagsa tersebut akan
semakin maju ke depan sesuai tuntutan zaman. Jika pendidikan atau sistem
pendidikan dalam satu bangsa lemah maka lemah pula perkembangan soal budayanya,
bahkan mungkin perubahan sosialnya akan cenderung mundur dan akan ketinggalan
zaman. Dengan adanya sistem pendidikan yang baik dalam suatu bangsa tersebut
bisa menyaring budaya-budaya asing yang masuk, mengambil sisi positifnya dan
membuang atau menghindari dari sisi negatif serta mampu mengasimilasikan secara
baik demi menumbuh kembangkan budaya nasional dalam era globalisasi dan
menjadikan budaya daerah tetap menjadi modal dasar bagi pengembangan budaya
nasional.
B. Saran
Kepada semua lembaga pendidikan agar senantiasa melakukan
inovasi dalam pendidikan guna mengantisipasi tuntutan masyarakat akan sekolah
yang baik dengan indikasi bahwa sekolah tersebut tanggap terhadap perubahan
sosial yang terjadi sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang pesat.
DAFTAR
PUSTAKA
Supriatna Encep. (2018). Sosiologi
pendidikan. Serang: Media Madani
Tim Dosen MKDU FPIPS UPI. (2016). Pendidikan sosial budaya. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.
Sadulloh Uyoh. (2014). Pedagogik. Bandung: Alfabeta
Syamsidar. (2015). Dampak perubahan sosial dan budaya
terhadap pendidikan. [online]. Tersedia: (journal.uin-alauddin.ac.id).
Diakses tanggal: 15 April 2018
WHS Konveksindo. (2017). Perubahan sosial budaya dan
dampaknya terhadap pendidikan di indonesia. [online]. Tersedia: (http://whskonveksindo.blogspot.co.id)
Diakses tanggal: 15 April 2018
DAFTAR
PUSTAKA
Supriatna Encep. (2018). Sosiologi
pendidikan. Serang: Media Madani
Tim Dosen MKDU FPIPS UPI. (2016). Pendidikan sosial budaya. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.
Sadulloh Uyoh. (2014). Pedagogik. Bandung: Alfabeta
Syamsidar. (2015). Dampak perubahan sosial dan budaya
terhadap pendidikan. [online]. Tersedia: (journal.uin-alauddin.ac.id).
Diakses tanggal: 15 April 2018
WHS Konveksindo. (2017). Perubahan sosial budaya dan
dampaknya terhadap pendidikan di indonesia. [online]. Tersedia: (http://whskonveksindo.blogspot.co.id)
Diakses tanggal: 15 April 2018
CASINO POKER #1 (Bovada)
BalasHapusWelcome to CASINO POKER #1 코인 일정 사이트 (Bovada). This casino is a great place 토토 꽁머니 for those that like to 포커확률 gamble, but it's not your cup of 포커페이스뜻 tea. Enjoy 카 심바 슬롯 a whole new level of fun