Jumat, 18 Mei 2018

makalah landasan pengembangan kurikulum

Ningrat wulansari
19 Mei 2018



MAKALAH
LANDASAN PENGEMBANGAN  KURIKULUM
                   Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran
                                                     Dosen pengampu :
Deri Hendriawan, M.pd.
Disusun Oleh
Kelompok 3
Isma selfia rosa           1600048
Ningrat wulan sari       1602236
Elsa dwi julianti          1605227

PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SERANG
2O17
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan tugas ini. Tugas ini disusun untuk di ajukan sebgai tugas mata kuliah Kurikulum Dan Pembelajaran dengan judul “ Landasan Perkembangan Kurikulum “. Kami harap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Demikian tugas ini kami susun, kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan tugas ini.



Penulis
Kelompk 3










Daftar Isi


Kata Pengantar .....................................................................................................     i
Daftar Isi .............................................................................................................       ii
BAB I  Pendahuluan .............................................................................................    1
A.    Latar belakang ..........................................................................................    1
B.     Rumusan Masalah ...................................................................................     1
C.     Tujuan Penulisan .....................................................................................     1
BAB II Pembahasan...............................................................................................   2
A.    Hakikat dan Prinsip Pengembangan Kurikulum.......................................    2
B.     Landasan Pengembangan Kurikulum..........................................................  4
C.     Contoh Penerapan Pengembangan Landasan Kurikulum.........................   16
D.    Mengkritisi kesesuaian Landasan Pengembangan....................................   18
BAB III  Penutup..................................................................................................   21
A.    Kesimpulan...............................................................................................   21







BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
            Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting, sehingga apabila kurikulum di ibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung yang tidak menggunakan landasan atau fondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut akan mudah roboh. Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut akan mudah terombang-ambing dan yang akan dipertaruhkan adalah manusia (peserta didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri.
            Landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
B.        Rumusan Masalah
1.      Mengidentifikasi Landasan Pengembangan Kurikulum !
2.      Menjelaskan Landasan Pengembangan Kurikulum !
3.      Membuat contoh penerapan Landasan Pengembangan Kurikulum !
4.      Mengkritisi kesesuaian Landasan Pengembangan kurikulum pada PAUD  !
C.        Tujuan Penulisan
1.      Untuk mencari tau idenifikasi dari Landasan Pengembangan Kurikulum
2.      Untuk mengetahui penjelasan dari Landasan Pengembnagan Kurikulum
3.      Untuk mengetahui contoh penerapan Landasan Pengembangan Kurikulum
4.      Untuk mengkritisi kesesuaian Landasan Pengembangan

BAB II
PEMBAHASAN

A.        Hakikat dan Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu lembaga. Pengembangan kurikulum di arahkan pada pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan menjadi isi kurikulum yang disusun dengan focus pada nilai-nilai tadi. Adapun selain berpedoman pada landasan-landasan yang ada, pengembangan kurikulum juga berpijak pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36 ayat 1 bahwa pengembangan kurikulum di lakukan dengan mengacu pada standarnasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan dan tantangan perkembangan masyarakat.
Setiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada sejumlah landasan, juga harus menerapkan atau menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap pengembangan kurikulum di ikati oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam pengembangannya mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip yang telah disepakati. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
1)      Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara komponen tujuan, isi, strategi, dan evaluasi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum,yaitu relevansi keluar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi keluar yaitu tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurkulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Adapun relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
2)      Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas berkenaan dengan kebebasan/keluwesan yang dimiliki guru dalam mengimplementasikan kurikulum dan adanya alternative pilihan program pendidikan bagi siswa sesuai dengan minat dan bakatnya.
3)      PrinsipKontinuitas
Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambunga nmateri pelajaran antar berbagai jenis dan jenjang sekolah serta antar tingkatan kelas. Perkembangan dan proses belajar berlangsung secara berkesinambungan, tidakterputus-putus atau terhenti-henti.
4)      PrinsipPraktisdanEfisiensi
Kurikulum harus mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Tepat pelaksanaannya dan menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, danbiaya.
5)      Prinsip  Efektifitas
Keberhasilan  pelaksanaan kurikulum harus diperhatikan, baik kuantitas maupun kualitas. Keberhasilan kuntitas di tinjau dari komponen-komponen kurikulum, seperti tujuan, isi, proses belajar, dan evaluasi. Sedangkan keberhasilan kualitasnya dilihat dari hasil pelaksanaan kurikulum yang ada.
6)      Prinsipkhusus
Adapun prinsip khusus yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, antara lain: prinsip keimanan, nilai dan budi pekertiluhur, penguasaan integrasinasional, keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinetika, kesamaan memperoleh kesempatan, abad pengetahuan dan teknologi informasi, pengembangan keterampilan hidup, berpusat pada anak, serta pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

B.  Landasan Pengembangan Kurikulum

                  Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting, sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung yang tidak menggunakan landasan atau fondasi yang kuat, maka ketika di terpa angin atau terjadi goncangan, bangunan gedung tersebut tidak akan mudah roboh. Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut tidak akan mudah terombang-ambing dan yang akan dipertaruhkan adalah manusia (peserta didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri. Horny c.s dalam “The Advance Learner’s Dictionary of current English” (Redja Mudyahardjo, 2001:8) mengemukakan definisi landasan sebagai berikut:”foundation... that on which an idea or belief rest; an underlying principle’s as the foundation of religius belief; the basis or starting point...”. jadi menurut  Hornby, landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari, contohnya seperti landasan kepercayaan agama,dasar atau titik tolak. Dengan demikian landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
                  Robert S. Zais (1976) mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu: philosophy and the nature of knowledge, society and culture the individual , dan learning theory.
                  Dengan berpedoman pada empat landasan tersebut maka dibuat model yang disebut “an eclectic model of the curriculum and its foundation.”
                  Berdasasarkan perbandingan kedua pendapat diatas, secara umum dapat disimpulkan bahwa landasan pokok dalam pengemangan kurikulum adalah landasan filosofis , landasan psikologis, landasan sosiologis, dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Ke empat jenis landasan pengembangan kuriulum tersebut diuraikan di bawah ini.
1.   Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum
a.   Pengertian Filsafat
      Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu philosophia (philore =cinta, senang, suka, dan sophia = kebaikkan atau kebenaran). Menurut asal katanya, filsafat berarti cinta akan kebenaran. Orang berfilsafat adalah orang yang senang akan kebenaran. Orang yang ahli berfilsafat disebut philosopher (inggris), failasuf (Arab), dan filsuf (Indonesia). Dalam menyeluruh mengandung arti bahwa filsafat bukan hanya sekedar pengetahuan melaikan juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai dibalik pengetahuan itu sendiri.
b.   Manfaat Filsafat Pendidikan
1.      Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa kemana anak-anak melalui pendidikan disekolah? Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan untuk mendidik anak-anak kearah yang dicita-citakan oleh masyarakat, bnagsa, dan negara.
2.      Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai.
3.      Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada  segala usaha pendidikan.
c. Filsafat dan Tujuan Pendidikan
      Pandangan-pandangan filsafat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa.
      Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang di anut leh perorangan akan sangat memengaruhi tujuan pendidikan yang akan dicapai.
      The United States Office of Education (1918) telah mencanangkan tujuan pendidikan melalui “Seven Cardinal Principles”, yaitu:
1.      Health, yaitu sekolah diwajibkan mempertinggi taraf kesehatan murid-murid.
2.      Commandof fundamental, yaitu penguasaan kecakapan pokok-pokok yang fundamental.
3.      Worthy home membership,yaitu mendidik anak-anak menjadi anggota keluarga yang berharga, sehingga berguna bagi masyarakat.
4.      Vocational efficency, yaitu efisiensi dalam pekerjaan sehingga dalam waku yang singkat dapat mencapai hasil yang banyak dan memuaskan.
5.      Citizenship, yaitu usaha mengembangkan angsa mebjadi warga negara yang baik.
6.      Worthy use of leisure, yaitu memanfaatkan waktu senggang dengan baik yang senantiasa bertambah panjang berhubung dengan industriialisasi yang lebih sempurna.
7. Satisfaction of religious needs, yaitu pemuasan kehidupan keagamaan.
            Tujuan Pendidikan Indonesia bersumber pada pandangan hidup masyarakat, berbangsa, dan bernegara yaitu pancasila.
d.         Kurikulum dan Filsafat Pendidikan
            Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah tau pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendiidikan disuatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya.
            Sebagai contoh pada waktu Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda, maka kurikulum yang dianut  pada masa itu sangat berorientasi pada kepentinga politik Belanda. Setelah Indonesia merdeka yang secara bulat dan utuh menggunakan pancasila sebgai dasar falsafah hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan nilai-nilai pancasil itu sendiri.
e.         Aliran-aliran filsafat pendidikan
Menurut Redja Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan pendidikan di Indonesia pada umumnya, dan pendidikan Indonesia pada khusunya, yaitu: Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.
1.         idealisme
a.         Konsep-Konsep Filsafat
1)      Metafiska (hakikat realitas): Realitas atau kenyataan yang sebenarnya bersifat spiritual atau rohaniah.
2)      Humanologi (hakikat manusia): Jiwa dikaruniai kemampuan berpikir /rasioanl.
3)      Epistemologi (hakikat pengetahuan): pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir.
4)      Aksiologi (hakikat nilai): Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban moral yang diturunkan dari pandangan tentang kenyataan atau metafiisika. Hakikat nilai bersifat absolut/mutlak.
b.         Konsep-konsep Pendidikan
1)      Tujuan pendidikan: Pertanma-tama adalah pembentukan karakter, dan kemudian tertuju pada pengembangan bakat dan kebajikan sosial.
2)      Isi pendidikan: pengembangan kemmapuan berpikir melalui pendidikan libeeral atau pendidikan umum, penyiapan keterampilan bekerja sesuatu mata pencaharian melalui pendidikan praktis.
3)      Metode pendidikan: Metode dialektik/dialogik, meskipun demikian setiap metode yang efektip mendorong belajar data diterima (elektif).
4)      Peranan peserta didik dan pendidik: Peserta didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Pendidik harus mencipatakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara efisien dan efektif.
2.         Realisme
a.         Konsep-konsep Filsafat
1)      Metafisika : Realitas atau kenyataan yang sebenarnya bersifat fisik atau materi.
2)      Humanologi : Hakikat manusia terletak pada apa yang dikerjakannya.
3)      Epistemologi: Pengetahuan diperoleh melalui penginderaan melalui pikiran.
4)      Aksiologi : Tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam yang dipengaruhi melalui ilmu.
b. Konsep-konsep Pendidikan
1)      Tujuan Pendidikan: Dapat meneyesuaikan diri secara tepat dalam hidup dan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial.
2)      Isi Pendidikan: Kurikulum Komprehensip yang berisi semua pengetahuan yang berguna bagi penyesuaian diri dalam hidup dan tanggung jawab sosial.
3)      Metode Pendidikan didasarkan pada pengalaman langsung maupun tidak langsung.
4)      Peranan peserta didik dan pendidik: Dalam hubungannya dengan pembelajaran, peranan peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang dapat berubah-ubah. Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebajikan. Peranan pendidik menguasai pengetahuan, terampil dan teknik mendidik, dan memiliki kewenanngan untuk mencapai hasil pendidikan yang di bebankan kepadanya.
3. Pragmatisme
a. Konsep-konsep Filsafat
1)      Metafisika: Suatu teori umum tentang kenyataan tidak mungkin dan tidak perlu. Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan fisik.
2)      Humanologi: Manusia adalah hasil evolusi biologis, psikologis dan sosial.
3)      Epistemoogi: pengetahuan bersifat relatif dan terus berkembang.
4)      Aksiologi: ukuran tingkah laku perorangan dan sosial ditentukan secara eksperimental dalam pengalaman-pengalaman hidup. Ini berarti tidak ada nilai yang absolut.
b. Konsep-konsep Pendidikan
1)      Tujuan pendidikan: Memperoleh pengalaman yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah baru dalam kehidupan perorangan dan masyarakat.
2)      Isi pendidikan: Kurikulum berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji seta minat-minat dan kebutuhan-kebutuhan anak, dan pendidikan liberal yang menghilangkan pemisahan antara pendidikan umum dengan pendidikan praktis/vokasional.
3)      Metode pendidikan: Berpikir reflektif atau metode pemecahan masalah merupakan metode utamanya.
4)      Peranan peserta didik dan pendidik: peserta didik adalah sebuah organisme yang rumit yang mampu tumbuh. Peranan pendidik adalah mengawasi dan membimbing pengalaman belajar tanpa terlampau banyak mencampuri urusan minat dan kebutuhan peserta didik.
2.         Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh kondisi psikologis individu yang terlibat didalamnya, karena apa yang ingin disampaikan menuntut peserta didik untuk melakukan perbuatan belajar atau sering disebut proses belajar. Untuk itu, paling tidak dalam pengembangan kurikulum diperlukan dua landasan psikologi, yaitu psikologi belajar dan psikologi pekembangan.
a. Psikologi Belajar
            Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana peserta didik melakukan perbuatan belajar. Secara umum belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungannya.
            Sedikitnya ada tiga jenis teori belajar yang berkembang dewasa ini dan memiliki pengaruh terhadap penegmbangan kurikulum di Indonesia pada khususnya. Teori belajar tersebut adalah:
1)      Teori Psikologi Kognitif (Kognitovisme)
Aliran ini bersumber dari Psikolgi Gestalt Field. Gestalt Field melihat belajar merupakan perbuatan yang bertujuan, eksplorasi, imajinatif, dan kreatif.
Asal mula teori belajar kognitif bersumber pada psikologi lapangan (field psychology), dengan tokoh utamanya Kurt Lewin. Individu selalu berada dalam suatu lapangan psikologi yang oleh Kurt Lewin disebut life space. Dalam lapangan ini selalu ada tujuan yang ingin dicapai dan ada hambatan-hambatan yang harus diatasi.
Para ahli psikologi kognitif yang memusatkan perhatian pada perubahan dalam aspek kognisi, percaya bahwa belajar adalah suatu kegiatan mental internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Menurut teori ini cara belajar orang dewasa berbeda dengan cara belajar anak, dimana cara belajar orang dewasa lebih banyak melibatkan kemampuan kognitif yang lebih tinggi.
Teori belajar kignitif memandang manusia sebagai pelajar yang aktif yang memprakarsai pengalaman, mencari dan mengolah informasi untuk memecahkan masalah, mengorganisasi apa-apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai suatu pemahaman baru. Karena itu teori ini disebut juga teori pengolahan informasi (information processing theory).
2) . Teori Psikologi Behavoiristik
Teori belajar behavioristik disebut juga Stimulus-Respons Theory ( S-R). Kelompok ini mencakup 3 teori, yaitu S-R Bond, Conditioning, dan Reinforcement. Kelompok ini berangkat dari asumsi bahwa anak atau individu tidak memiliki/membawa potensi apa-apa dari kelahiranya. Lingkunganya lah yang membentuknya, apakah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
            Teori S-R Bond bersumber dari psikologi koneksionisme atau teori asosiasi dan merupakan teori petama dari rumpun behaviorisme. Meurut konsep mereka, kehidupan ini tunduk kepada hukum stimulus-respo atau aksi reaksi.
Tokoh utama dari teori ini adalah Edward L. Thorndike. Ada tiga hukum belajar yang terkenal dari Thorndike, yaitu law of readiness, law of excercise or repetition dan law of effect ( Bigge dan Trust, 1980:273)
            Teori kedua dari rumpun behaiorisme adalah conditioning ataustimulus responce with conditioning. Tokoh utama dari teori ini adalah John B. Watson, terkenal dengan percobaan conditioning pada anjing. Belajar atau pembentukan hubungan antara stimulus dan respon perlu dibantu dengan kondisi tertentu.
            Teori ketiga adalah reinforcement dengan tokohnya C.L.Hull. Teori ini berkembang dari teori psikologi, reinforcement merupakan perkembangan lanjutan dari teori S-R Bond dan conditioning.
            Peranan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan teori psikologi behavioristik adalah sebagai berikut:
a)      Mengidentifikasi perilaku yang dipelajari dan merumuskannya dalam rumusan yang spesifik.
b)      Menhidentifikasi perilaku yang diharapkan dari proses belajar.
c)      Mengidentifikasi reinforce yang memadai.
d)     Menghindarkan perilaku yang tidak diharapakan dengan jalan memperlemah pola perilaku yang ikehendaki.
3)   Teori Psikologi Humanistik
            Tokoh teori ini adalah Abraham H. Maslow dan Carl R. Roger. Teori ini berpandangan bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh faktor internal, dan bukan oleh faktor lingkungan. Karena itu teori ini disebut juga dengan “self Theory”.
            Berbeda dengan teori behavioristik, teori humanistik menolak proses mekanis dalam belajar, karena belajar adalah suatu proses mengembangkan pribadi secara utuh. Aliran ini percaya bahwa dorongan untuk belajar timbul dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik). Carl R. Rogel (Y. Suyitno, 2007:103) mengemukakan prinsip-prinsip belajar berdasarkan teori psikologi humaistik sebagai berikut:
a)      Manusia mempunyai dorongan untuk belajar, ingin tahu, melakukan eksplorasi dan mengasimilasi pengalaman baru.
b)      Belajar akan bermakna, apabila yang dipelajari itu relevan dengan kebutuhaan anak.
c)      Belajar di perkuat dengan jalan mengurangi ancaman eksternal seperti hukuman, sikap merendahkan murid, mencemoohkan, dan sebaginya.
d)     Belajar dengan inisiatip sendiri akan melibatkan keseluruhan pribadi, baik intelektual maupun perasaan.
Guru berdasarkan psikologi humanistik harus mampu menerima siswa sebagaiseorang yang memiliki potensi, minat, kebutuhan, harapan, dan mampu mengembangkan dirinya secara utuh dan bermakna.
3.         Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum
            Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Mengapa pengembangan kurikulum harus mengacu kepada landasan sosiologi? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat.
            Dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan, pendidikan adalah proses sosiolisasi, dan berdasarkan pandangan antropologi, pendidikan adalah “enkulturasi” atau pembudayaan.
a.         Masyarakat dan Kurikulum
            Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda, atau suatu kelompok indidvidu yang terorganisasi yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya.
            Menurut Daud Yusuf (1982), terdapat tiga sumber nilai yang ada dalam masyarakat untuk dikembangkan melalui proses pendidikan, yaitu : logika, estetika, dan etika. Logika adalah aspek pengetahuan dan penalaran, estetika berkaitan dengan aspek emosi atau perasaan, dan etika berkaitan dengan apek nilai. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-nilai yang bersumber pada logika (pikiran).
            Tyler (1964), Taba (1963), Tanner (1984) menyatakan bahwa tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum. Calhoun, Light, dan Keller (1997) memaparkan tujuan fungsi sosial pendidikan, yaitu:
1)      Mengajar keterampilan.
2)      Mentransmisikan budaya.
3)      Mendorong adaptasi lingkungan.
4)      Membentuk kedisiplinan.
5)      Mendorong bekerja kelompok.
6)      Meningkatkan prilaku etik.
7)      Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.
b.         Kebudayaan dan Kurikulun
            Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan ide atau gagasan, cita-cita, kepercayaan, cara berpikir, kesenian, dan nilai yang telah disepakati oleh masyarakat.
            Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam penegmbangan kurikulum dengan pertimbangan:
1)      Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sekolah/lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
2)      Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat beragam, seperti masyarakat industri, pertanian, nelayan, dan sebagainya. Pendidikan disekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi, berinteraksi dan beradapatsi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai mahkluk berbudaya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan kecakapan.
Gagasan pemerintah untuk merealisasikan pengembangan kurikulum muatan lokal. tersebut yang dimulai pada sekolah dasar, telah diwujudkan dalam keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan RI No. 0412/U/1987 tanggal 11 juli 1987 tentang . Disusul dengan penjabaran pelaksaannya dalam keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah No. 173/C/Kep/M/1987 tanggal 7 Oktober 1987.
         Adapun yang dimaksud muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampainnya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah.
         Contoh kurikulum muatan lokal yang saat ini sudah dilaksanakan disebagian sekolah adalah Mata Pelajaran Keterampilan, Kesenian, dan Bahasa Daerah.
         Tujuan pengembangan kurikulum muatan lokal dapat dilihat dari kepentingan nasional dan kepentingan peserta didik. Dalam hubungannya dengan kepentingan nasional muatan lokal bertujuan:
1)      Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah.
2)      Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan kearah yang positif.
4.         Landasan Teknologis Pengembangan Kurikulum
            Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu penegtahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa kini banyak didasari oleh pnemuan dan hasil pemikiran para filsup purba seperti Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey, Archimides, dan lain-lain.
            Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap perkembangan kurikulum yang didalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi.


C.        Contoh Penerapan Pengembangan Landasan Kurikulum
1.         Landasan Filosofis PengembanganKurikulum PAUD
Landasan Filosofis, bahwa kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan:
  1. Berakar pada budaya bangsa yang beragam
  2. Peserta didikan dalah pewaris budaya bangsa yang kreatif dan peduli.
  3. Proses pendidikan memerlukan keteladanan, pengayoman yang dilakukan secara terus menerus
  4. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui bermain.
2.         Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum PAUD
Kurikulum PAUD memahami bahwa sebagai individu yang unik, memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda, dan belum mencapai masa operasional konkret. Karenanya dalam mengelola kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan potensi setiap anak.
Pendekatan di PAUD dilakukan secara personal agar lebih mudah untuk memahami karakter setiap anak dan mengetahui perkembangan pada anak.
3.         Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum di  PAUD
Landasan Sosiologis, bahwa kurikulum dituntut untuk:
  1. Sesuai dengan tuntutan (harapan) dan norma yang berlaku di masyarakat
  2. Bersifat inklusif untuk membentu ksikap saling menghargai dan memberlakukan semua anak setara, bebas dari diskriminasi dalam bentuk apapun.
Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar; di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.
4.         Landasan Teknologis Pengembangan Kurikulum di PAUD
Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunak ananak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengena lnama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.
5.         LandasarTeoritisPengembanganKurikulum  PAUD
  1. Kurikulum 2013 Pendidikan AnakUsia Dini dikembangkan dengan mengacu pada teori pendidikan berbasis standar dan kurikulum berbasis kompetensi.
  2. Pendidikan berbasis standar berarti bahwa kurikulum 2013 PAUD mengacu pada Standar PAUD yang ditetapkan dalam Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014. Proses pengembangan kurikulum secaralangsung berlandaskan pada empat standar yakni standar tingkat pencapaian perkembangan anak, standarisi, standar proses, dan standar penilaian pendidikan. Sementara itu, empat standar lainnya dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung implementasi kurikulum.
  3. Kurikulum berbasis kompetensi berarti bahwa kurikulum 2013 PAUD dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas- luasnya bagi anak untuk mengembangkan kemampuan yang berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide kedalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik, adalah mengkombinasikan instrument untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama, adalah mengungkapkan cerita melaluiaksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materilain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.
Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi. pengorganisasian, komunikasi, dan informasi yang                                      mewakili
Untuk
mewadahi proses belajar bagian anak usia dini pendidik harus dapat melakukan penataan lingkungan main, menyediakan bahan–bahan main yang terpilih, membangun interaksi dengan anak dan membuat rencana kegiatan main untuk anak. Proses pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui sentra atau area main. Sentra atau area tersebut bias disesuai kan dengan kebutuhan dan kondisi dari masing-masing satuan Pendidikan. Contoh sentra atau area bermain tersebut antara lain : Sentra Balok, Sentra Bermain Peran, SentraSeni, Sentra Musik, Sentra Persiapan, Sentra agama, dan Sentra Memasak.
D.Mengkritisi kesesuaian Landasan Pengembangan PAUD di indonesia
            Kurikulum anak usia dini bersisi seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan seluruh potensi perkembangan yang dimiliki oleh setiap anak yang dimiliki oleh setiap anak.
Program kegiatan bermain pada dasarnya adalah pengembangan secara konkret dari sebuah kurikulum.pengembangan kurikulum bagi anak usia dini merupakan langkah awal yang menjadi tolak ukur dari kegiatan belajar selanjutnya.
Menurut NAEYC Early Childhood Program Standar terdapat 2 hal penting  tentang kurikulum bagi anak usiaa dini ,yaitu :
1.      Program kegiatan bermain pada anak usia dini di tterapkan berdasarkan kurikulum yang berpusat pada anak serta dapat mendukung kegiatan pembelajaran dan perkembangan pada setiap aspek baik estetik, kognitif, emosinal,bahasa,fisik, dan sosial.
2.      Menyediakan pengalaman yang dapat mengembangkan perkembangan pada jenjang yang lebih tinggi pada wilayah perkembangannya. Hal ini juga mengarah pada intensionlaitas dan ungkapan kreatif, dan memberikan kesempatan pada anak untuk belajar secara individu dan berkelompok berdasarkan kebutuhan dan minat mereka.
Tujuan pengembnagan kurikulum menurut Catron dan Allen adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh serta terjadinya komunikasi interaktif kurikulum bagi anak usia dini haruslah memfokuskan pada perkembangan yang optimal pada seorang anak melalui lingkungan sekitarnya yang dapat menggali berbagai potensi tersebut melalui permainan serta hubungan dengan orang tua atau orang dewasa lainnya . Adapun tujuan kurikulum anak usia dini di Indonesia adalah membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan pada tahap berikutnya.
            Landasan Pengembangan Kurikulum yang ada di PAUD Indonesia sebagian besar yang ada di kota-kota besar kurikulumnya sudah memenuhi standar sesuai dengan kuirkulum ynag telah ditetapkan pemerintah, namun masih banyak juga PAUD yang kurikulumnya belum memenuhi standar nasional seperti PAUD yang ada di Desa terpencil kkurikulumnya masih belum tersusun secara efsiien dan efektif.














BAB III
KESIMPULAN
Landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu:
1.      Landasan filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
2.      Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
3.      Landasan sosial budaya, adalah asumsi-asumsi yang bersumber sosiologi dan antropologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
4.      Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset atau penenlitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.





DAFTAR PUSTAKA

Zainal Aripin, M.pd. 2011,Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tim MKDK.2012 , Kurikulum dan Pembelajaran , Depok : PT RajaGrafind Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar